Bagus Kodok, Mempelai Pria yang Menikahi Peri

Bagus Kodok, Mempelai Pria yang Menikahi Peri

Meski namanya Bagus Kodok, tapi sewaktu kecil cita-cita sangat gagah : Jadi Marinir. Pesta pernikahannya sangat magis karena mempelai perempuan ada dalam 'bayangan'.
Dream - Pria itu duduk khusyuk di pelataran. Dadanya yang rata dibiarkan terbuka, berbatas kemben hijau. Rambutnya sebahu, putih terurai dibiarkan. Ronce bunga melati menjuntai di leher hingga batas perut. Gagah yang dipaksakan, memang.
Dia berjuluk Bagus Kodok Ibnu Sukodok. Pria 65 tahun ini tengah melakukan prosesi pernikahan paling unik di halaman rumah tua milik Bramantyo Prijosusilo. Resepsi itu di desa sih...tepatnya Desa Sekaralas, Kecamatan Widodaren, Ngawi, Jawa Timur, pada Rabu 8 Oktober kemarin.
Pernikahan yang dilakukan Bagus Kodok ini tak urung menyedot perhatian masyarakat. Bukan karena penampilan Kodok yang tak terlalu bagus..., masalahnya pengantin perempuan yang dinikahinya bukan manusia. Lalu apa ? Kodok juga ? 
Nama pengantin perempuannya memang keren : Peri Roro Setyowati. Perhatikan gelar depannya : Peri. Sehingga sang pengantin perempuan memang tak berwujud, setidaknya para tamu yang datang tak bisa melihat mempelai wanita ini. 
Hebatnya, tamu yang datang jumlahnya lebih dari seribu orang. Entah kenal dengan kedua mempelai atau tidak, mereka datang lebih karena penasaran pada pernikahan ganjil itu. Tapi bagi Bagus Kodok, yang datang jumlahnya jauh lebih banyak dari seribu orang itu. Karena pihak 'mempelai wanita' membawa rombongan besar, tapi tidak kasatmata. 
Siapa sih Bagus Kodok ini ? Dia memang dikenal sebagai seniman, yang lahir di Surakarta, 1 Desember 1951. Waktu lahir, orangtuanya memberi nama : Prawoto Mangun Baskoro. Ibundanya adalah seorang sinden -penyanyi Jawa- yang cukup kondang, bernama Waliyem. Sementara ayahandanya, Sumodharsono bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.
Menjadi seniman bukanlah cita-cita Bagus Kodok. Sewaktu kecil, dia ingin menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO) atau yang sekarang disebut Marinir. Cita-cita itu membara kala Presiden Sukarno menggelorakan istilah 'ganyang Malaysia' akibat hubungan tidak harmonis antara negeri jiran itu dengan Indonesia.
Di masa kecil, Bagus Kodok mengasup ilmu di Sekolah Rakyat (SR). Dia sempat melanjutkan ke sekolah lanjutan tingkat pertama. Namun hanya sampai kelas satu saja. Setelah itu, dia tak pernah kembali lagi ke jalur pendidikan formal. Kisah hidupnya kemudian dia lukis di jalanan.
Itulah yang membuat cita-citanya menjadi tentara kandas. Ditambah lagi, kasus pembunuhan yang dilakukan temannya di Surakarta telah memaksanya tinggal di Yogyakarta. Di sana, dia bertemu dengan sastrawan legendaris, Willibrordus Surendra Broto Rendra atau yang dikenal dengan nama WS Rendra.
Di Kota Gudeg itulah jiwa seninya menjadi terasah. Pada dekade 1970-an itu dia aktif di Bengkel Teater Yogyakarta, sebelum digulung Orde Baru. Mengetahui Bagus Kodok dekat dengan WS Rendra, maka sang ibu berpesan, "Jika kesenian itu telah menjadi pilihanmu, maka tekunilah hingga ajal menjemputmu."
Sejak itulah dia mulai total menenggelamkan diri di dunia seni. Hingga kini, dia rajin menulis. Sajak-sajak juga terus tergores dari pena. Tak hanya itu, sejumlah lagu juga telah diciptakan oleh pria yang juga pandai bermusik ini.
`Karya` terbarunya adalah pernikahan ganjil dengan Peri Roro Setyowati pada Rabu malam yang digelar di pelataran rumah tua milik Bramantyo itu. Sebuah pernikahan mistis yang kontroversial. [Baca juga: Geger Pernikahan Manusia dengan Peri di Ngawi]
Namun, kekentalan darah seni itu pula yang membuat banyak orang ragu bahwa Bagus Kodok benar-benar menikah dengan makhluk halus. Sebagian besar orang yakin pernikahan itu hanyalah pertunjukan seni. Tapi keyakinan itu jangan sampai ke telinga si Bagus Kodok. Dia bisa marah istrinya dilecehkan. 
Oalah Kodok....Kodok... Semoga Bahagia...
(Dari berbagai sumber)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Top